“Aylo lima neng, Walut luma mam, Lain sarabit lima nukwe.”
(Hutan adalah Mama, laut adalah bapak, dan pantai adalah anak.)
—Filosofi Masyarakat Adat Raja Ampat
Seluruh Masyarakat Adat di seluruh dunia mengalami satu ancaman yang sama: hilangnya identitas di tanah sendiri. Hal ini yang dialami pula oleh Masyarakat Adat di Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Wilayah yang dijuluki Sepenggal Surga ini begitu lekat dengan hutan, laut, dan hamparan pesisir yang elok. Filosofi yang dipegang masyarakat setempat adalah penerapan konsep konservasi dengan perspektif kearifan lokal.
Salah satu cara menjaga tradisi dan identitas Masyarakat Adat adalah lewat kerajinan lokal. Menghidupkan kerajinan lokal berarti pula menjaga hutan, laut, dan pesisir, karena semua bahan baku yang ramah lingkungan diambil secara arif dari alam. Masyarakat Adat memiliki pengetahuan dan bakat tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Pengetahuan ini terus terjaga agar identitas tak hilang.
Namun, warisan pengetahuan ini perlahan meranggas seiring dengan kebijakan pemerintah yang menjadikan Raja Ampat sebagai satu destinasi wisata prioritas. Wisata digarap, Masyarakat Adat tak mendapat perhatian.
Wisata alam Raja Ampat yang indah kontras dengan realitas Masyarakat Adat yang hidup di tengah akses pendidikan, transportasi, dan logistik pangan lokal yang terbatas. Alhasil, mereka hanya memproduksi untuk menyambut acara seremonial pesanan: menyambut tamu, pameran, dan tampil untuk menghibur wisatawan. Semua itu semata hiburan, tak pernah dirawat secara berkelanjutan.
Masyarakat Adat khawatir, di masa mendatang, tanah kelahirannya hanya akan dikenal sebagai tempat wisata, bukan kampung halaman dari masyarakat yang hidup selaras dengan alam.
Nurdana Rizki Pratiwi menyukai dunia fotografi dan berdomisili di Raja Ampat. Selama tiga tahun terakhir, ia aktif di dunia konservasi dan pemberdayaan masyarakat terutama perempuan, untuk mengembangkan produk lokal sebagai alternatif penghidupan di kawasan konservasi. Selain itu, ia juga aktif dalam komunitas literasi lingkungan dan mendampingi masyarakat melakukan rehabilitasi ekosistem pesisir berbasis komunitas.