“Keluarga Adinda” karya Indriani Jessica Tappi menceritakan tentang keseharian Poppy (D), Mommy (Adinda), dan dua ekor kucing mereka bernama Golden dan Johnson.
Bagi Adinda dan pasangannya, kucing tak sekadar hewan lucu nan menggemaskan, tapi juga menjadi kawan setia yang menyaksikan perjuangan cinta mereka sebagai pasangan queer. Keduanya memutuskan untuk saling mengasihi sejak 2020. Hidup di tengah masyarakat yang masih diskriminatif, relasi mereka tentu saja tak berjalan mudah.
Alih-alih menunjukan diri sebagai pasangan kekasih, mereka terpaksa melakoni “kucing-kucingan” sebagai kakak adik untuk menghindari represi dari warga sekitar. “Kami memiliki hak berekspresi dan menunjukan perasaan. Aku akan berjuang untuk teman-teman seperti kami agar mendapatkan haknya juga,” ungkap Adinda.
Saat ini Adinda tengah menempuh pendidikan di salah satu Universitas di kota Palu, sedangkan (D) tengah merencanakan untuk melanjutkan studi S3-nya. Dari kisah mereka kita dapat belajar bahwa gender tidak membatasi kita untuk berekspresi dan membahagiakan diri. Jika kita tidak dapat menerima orientasi mereka, setidaknya kita menerima mereka sebagai manusia yang memiliki hak berekspresi dan perasaan. Di sisi lain, gender juga tidak membatasi kita untuk mendapatkan pendidikan. Terus belajar karena hidup tidak pernah berhenti mengajar. Setop diskriminasi, mari saling menghargai.
Mengecap pengalaman pahit sebagai pasangan minoritas, Adinda dan D memutuskan untuk memperjuangkan keragaman gender dan minoritas seksual dalam sebuah organisasi inklusif di kota Palu. Mimpi Adinda dan D begitu sederhana, mereka ingin hidup tenang bersama kucing-kucingnya, tanpa perlu lagi kucing-kucingan dengan warga.
Indriani Jessica Tappi, akrab disapa Jessi, bercita-cita sebagai pengajar. Saat ini sedang menempuh studi strata satu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.