Di tengah upaya melawan stigma dan marjinalisasi yang telah menghampiri Orang Asli Papua (OAP), pendidikan hadir sebagai alat terbaik untuk mengukir perubahan. “Puluhan tahun kami melewati banyak konflik dan kekerasan. Orang Asli Papua juga berhak atas pendidikan dan menjalani hidup yang bermartabat,” ujar Paskalis Waceka (27), seorang sarjana Hubungan Internasional asal Pulau Kimaam, Papua Selatan.
Jejak langkah menuju perubahan tersebut diawali melalui program beasiswa dari pemerintah yang membawa mereka menempuh pendidikan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Program beasiswa terkait percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ini tentunya memberikan angin segar. Tahun 2012, angkatan pertama penerima beasiswa tiba di Kota Mataram dan menempuh pendidikan tinggi di Universitas Mataram. Selain mengejar impian pendidikan tinggi, semangat akan perubahan mulai terlihat pada tahun 2013 saat mulai terbentuk kesadaran kolektif identitas yang terwujud dalam komunitas mahasiswa asal Papua di Kota Mataram, yaitu Ikatan Mahasiswa Papua Lombok (IMAPA Lombok).
Mataram, kota tujuan belajar yang menjunjung tinggi pluralisme, memeluk perbedaan tersebut dengan hangat. Keberagaman bukan hal baru di kota ini. Bukti sejarah mencatat telah lama Mataram menjadi rumah bagi berbagai suku, seperti Sasak, Bali, Samawa, dan Mbojo. Keberagaman ini diperkaya dengan keberadaan etnis Arab, Melayu, dan Tionghoa yang membaur dan memberi corak tersendiri pada kota ini. Kini, kehadiran mahasiswa-mahasiswa asal Papua menjadi bagian dari cerita baru dalam peta keberagaman di Kota Mataram. Pengalaman para mahasiswa asal Papua ini menjadi saksi dalam meniti kehidupan yang harmoni di tengah perbedaan dan benturan yang kadang terjadi. Meski tak selalu mudah, namun berarti. Peluang pendidikan bagi mahasiswa Papua tak hanya menghantarkan ilmu dan memupuk tenggang rasa toleransi, tapi juga membawa perubahan.
Alfian Romli adalah fotografer muda berbasis di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saat ini, Romli sedang menempuh pendidikan di Prodi Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik, Universitas Mataram. Ia mulai mengenal dunia fotografi pada 2017, ketika mengelola komunitas fotografi di Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMIKOM) UNRAM.