Dua sosok muda, Septanica Respa Utami (24), akrab disapa Kiki, dan Ismu Hasanah (23) adalah dua dari 200 santriwati di Pesantren Qur’an El-Tahfidz yang berlokasi di Cileungsi, Bogor. Setelah menamatkan pendidikan menengah atas di kampung halaman, keduanya memutuskan merentas ilmu di pesantren ini dengan niat mulia, menjadi penghafal Al-Qur’an. Tahun ini, Kiki menginjak tahun keenam di pesantren, sementara Ismu memasuki tahun kelima.
Meskipun hafalan Al-Qur’an dan maknanya menjadi fokus, para santriwati di pesantren ini juga memiliki kesempatan eksplorasi dalam beragam bidang. Mulai dari berenang, belajar memanah, menunggang kuda, berlatih taekwondo, olahraga basket, hingga badminton. “Rasanya tuh, wah… ternyata perempuan juga bisa ngelakuin hal-hal kayak gini,” ucap Kiki (24) pada satu sore setelah sesi menunggang kuda. Momen keberhasilan pun menghiasi perjalanan mereka. Pada Festival Rally Berkuda dan Panahan 2023, Kiki dan Ismu mewakili pesantren dalam kompetisi memanah. Ujian Sabuk Hitam Taekwondo pun mereka taklukkan pada bulan Agustus lalu.
Pendekatan inklusif dan menumbuhkan potensi santriwati menjadikan pesantren ini sebagai labuh bagi perkembangan para santriwati. Istilah “penjara suci” yang biasanya disematkan pada kehidupan santri dalam asrama atau pondok pesantren, kini telah usang. Setahun terakhir, Kementerian Agama mencetuskan program Pendidikan Pesantren Ramah Anak, menghapuskan konotasi negatif yang kerap dilekatkan pada pesantren. Kini, pesantren menjadi lingkungan yang inklusif, mendukung santri, dan melindungi hak-haknya dalam pembelajaran.
Deti Permatasari adalah mahasiswi perantau asal Sumatra Selatan yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Jakarta. Ia mengenal fotografi di sekolah menengah, dan mewadahi minatnya dengan bergabung di UKM I-Fotografi UHAMKA. Baginya, fotografi merupakan media untuk bercerita, membagikan momen, informasi, juga keresahan.