“Kita pe laki lumpuh, sudah lama meninggal. Kita kase hidup anak-anak hanya dari usaha bakumpul deng batoki batu. Biar kita pe umur so 70 tahun, pekerjaan ini tara akang pernah kita kase tinggal,” ujar Ade Muhammad, perempuan kelahiran Ternate 1952.

(Suami saya lumpuh, sudah lama meninggal. Saya meghidupi anak-anak hanya dari mengepul batu, memecahkannya lalu dijual dalam bentuk kerikil. Meskipun usia saya sudah 70 tahun, pekerjaan ini tidak akan pernah saya tinggalkan).

Ibu Ade adalah satu dari beberapa perempuan pengepul dan pemecah batu di Kelurahan Togafo, Ternate Barat, Kota Ternate, Maluku Utara. Sebagian teman-temannya sesama pengepul, sudah meninggalkan pekerjaan tersebut dan memilih profesi yang lebih menjanjikan. Namun, Ibu Ade—begitu ia kerap disapa—tetap bertahan di tengah gempuran mesin pemecah batu yang lebih mudah, cepat, dan modern.

Memiliki enam orang anak yang semuanya perempuan, Ibu Ade lebih banyak menghabiskan kesehariannya di pantai. Hanya berbekal ember dan palu, ia melakukan pekerjaan yang telah ia geluti selama 20 tahun. Butuh waktu satu hingga dua bulan untuk menghasilkan satu kubik kerikil yang dihargai senilai 400 ribu rupiah. Ia seakan sudah berdamai dengan pekerjaannya itu.

Kini, di tengah maraknya mesin pemecah batu di Kota Ternate, pekerjaan Ibu Ade diambang kecemasan. Yang semula banyak pembeli, kini sudah jarang. Dahulu, ia bisa menjual kerikil seharga 600-800 ribu per kubik, sekarang sudah tidak bisa. Ia khawatir tidak ada yang mau beli.

Kehadiran alat pemecah batu yang lebih mudah dan cepat membuat pengepul dan pemecah batu seperti Ibu Ade serta para perempuan pengepul dan pemecah batu ini kian kesulitan. Sudah hampir tujuh bulan ini Ibu Ade tak kunjung didatangi pembeli. Meskipun begitu, ia tetap semangat dan terus mengepul batu.

Rajuan Jumat, akrab dipanggil Ambo, lahir dan besar di Kusubibi, Bacan, Halmahera Selatan. Saat ini masih berkuliah di Universitas Khairun Ternate, Jurusan Antropologi Sosial. Aktif mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan, salah satunya bergabung di Forum Studi INDEPENDENSIA. Ketertarikannya di dunia jurnalistik berawal saat dirinya mengikuti Lembaga Pers Mahasiswa Aspirasi Unkhair.