Kisah Pelik Menanti

“Kisah Pelik Menanti” karya Dhea Septi Alisa berkisah tentang keseharian tiga keluarga penyintas gempa, tsunami, dan likuifaksi yang tinggal di dalam satu huntara. Pascabencana, mereka jelas merugi secara materil: kehilangan rumah, harta benda, dan janji relokasi hunian yang sumir.

Kisah pilu ini bermula sejak gempa berkekuatan 7,4 skala richter menghentak tanah Palu, pada 28 September 2018. Imbasnya, sekira 4000 nyawa terenggut dan 100 ribu pemukiman warga rusak. 72 ribu warga lainnya terpaksa mengungsi dari rumah.

Empat tahun berselang waktu, warga masih menagih pemerintah merealisasikan janji relokasi hunian warga.

“Setiap kali kita dengar kabar, katanya sementara pengukuran lahan. Tapi setelahnya tidak ada lagi kabarnya. Begitu didengar lagi, katanya masih diukur lagi lahannya. Begitu terus dari dulu,” ungkap Moh.Tamrin (57) dengan nada pasrah.

Meski pasrah dan lelah menanti, namun warga terus memupuk harap yang nyaris meranggas di hadapan kenyataan. Janji harus ditepati, anak cucu tak boleh ikut merasakan dampak bencana lagi.

NO STORY TOO SMALL