Kehadiran korporasi padat modal yang mengeksploitasi sumber daya alam di suatu kawasan kerap menyuatkan masalah sosial yang rumit, seperti yang dirasakan oleh 2.730 warga Kelurahan Watusampu, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Setiap hari, warga menyaksikan raungan mesin eskavator membelah dan menggali bukit serta gunung untuk mengambil bebatuan.
Bebatuan besar diolah menjadi pasir, batu kerikil, dan debu. Debu yang tak terhitung lagi jumlahnya itu diduga menjadi sebab utama warga sekitar mengalami gangguan pernafasan. Salah satu yang mengeluhkan dampak tersebut adalah Rina (52). Perempuan paruh baya itu bermukim nyaris di kaki bukit pertambangan. Setiap hari ia hanya mondir-mandir di dalam rumah yang mungkin berukuran 10×10. Tidak banyak yang dapat dilakukan lagi kecuali memasak dan menyeret tubuh rentanya itu ke tempat pembaringan.
Rina kemudian memutuskan untuk melakukan rontgen sekaligus pemeriksaan secara detail April 2022 ke salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kota Palu, hasilnya menujukkan pada bagian paru-paru terdapat flek karena diduga terpapar kualitas udara yang buruk pada lingkungan tempat tinggalnya. Ia lapang dada menerima vonis dokter sebagai pasien Tuberkulosis.
“Waktu terima hasil ini dari dokter, saya langsung dikasih obat untuk supaya segera sembuh dan diminta setiap hari pakai masker. Dokter juga bilang tidak boleh terlalu lama di luar rumah, apalagi di tempat yang berdebu,” kata Rina.