“Menjaga Denyut Tradisi” karya Roy Filsyer Thenu berkisah tentang tradisi pemotongan Bunga Rampai di Kedaton Kesultanan Ternate, Maluku Utara.
Alkisah, di tangan para puan: ibu dan nenek, tradisi Bunga Rampai lestari sejak abad ke-19. Untuk menjaga tradisi, secara turun temurun, mereka mengabdikan diri tanpa pamrih kepada Kesultanan Kedaton Ternate.
Bunga-bunga yang dipakai dalam tradisi Bunga Rampai ini adalah kamboja, cempaka kuning, melati, mawar, gambir, kenanga, dan nilam. Tak lupa, daun pandan nan wangi pun disertakan. Bunga dan dedaunan ini akan ditabur ke beberapa titik di ibu kota Kesultanan Ternate, seperti, makam di samping Kedaton, Aka Sentosa, dan makam para sultan di belakang Sigi Lamo atau Masjid Besara, selepas salat Ashar.
Tradisi pemotongan Bunga Rampai dilakukan seminggu tiga kali atau tepatnya pada malam Senin, Kamis, dan Jum’at.