Ibu Ulva Zainal (50), warga Kelurahan Tafure, Kecamatan Kota Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara adalah salah seorang pemulung sampah yang berhasil mengubah sampah menjadi berkat bagi keluarga dan merawat lingkungan yang bersih. Ibu dari empat orang anak dan lima cucu ini sukses mendirikan “Etalase Parada Collection”, sebuah unit usaha yang memproduksi berbagai jenis kerajinan tangan dari bahan dasar berbagai jenis sampah.
Ibu Ulva memulai usaha sejak tahun 2007 dan telah mendaftarkan usahanya di Dinas Perindustrian Kota Ternate pada 2 Februari 2009. Saat ditemui, ibu Ulva bercerita bahwa ia tertarik mengelolah sampah menjadi barang berharga karena bahannya mudah didapat, unik, dan menarik. Baginya, sampah adalah berkat.
Proses penyiapan bahan baku dimulai dari pengambilan berbagai jenis sampah yang di pungut dari pinggiran jalan, tempat pembuangan sampah hingga pasar dan pesisir pantai. Jenis-jenis sampah yang dipungut adalah sisik ikan, kulit kelapa, kerang bekas, pelepah pisang, kertas bekas, kayu, kulit biji pala, hingga berbagai jenis sampah plastik. Setelah di bersihkan, Ibu Ulva kemudain menyimpannya di tempat penampungan untuk kemudian digunakan sebagai bahan dasar pembuatan jenis-jenis kerajinan.
Beberapa produk andalannya adalah miniatur patung dalam aneka bentuk yang berbahan dasar pelepah pisang dan souvernir gantungan, serta ukiran dari berbagai bahan dasar. Karena ketekunannya mengelolah sampah, hasil-hasil produksinya sudah dipasarkan sampai ke Singapore, Belanda dan Amerika.
Terkenal dengan usahanya, “Etalase Parada Collection” pernah dikunjungi Menteri Sosial RI, Salim Segaf Al-Jufri di tahun 2014. Selain itu, berbagai penghargaan sempat dia peroleh dari berbagai instansi.
Bukan hanya itu, kemampuan yang dimiliki serta berbagai pengalaman yang diperoleh, juga diajarkan bagi generasi muda. Ibu Ulva menjadi pengajar di sekolah-sekolah, mulai dari jenjang TK, SD hingga ke perguruan tinggi. Ia membina para mahasiswa dalam program mahasiswa wirausaha (PMW) di kampus Unhair, STAIN (sekolah tinggi IAIN), Universitas Muhamadiyah, Universitas Terbuka. Ia juga mengajar di pesantren Hidayatullah, membina peserta di panti rehabilitas milik dinas sosial, membina para peserta daerah transmigrasi di Halmahera Tengah, dan sebagainya.
Beberapa slogan yang dia pajang di dalam ruangan maupun di luar bertuliskan: “Saya tidak pernah memaksakan orang lain menjadi saya. Apapun dia punya talenta, silahkan kembangkan. Kerja keras adalah tiket menuju sukses. Orang sukses tidak pernah mengeluh, orang mengeluh tidak pernah sukses. Hidup terlalu singkat untuk mengeluh.”